Senin, 19 Mei 2025

Parfum


Jean-Baptiste Grenouille lahir di antara tumpukan sampah dan bau busuk pasar ikan Paris abad ke-18—sebuah zaman ketika setiap sudut kota dipenuhi oleh bau kematian, penyakit, dan pengabaian.

Ibunya seorang penjual ikan yang melahirkan dia secara spontan di tengah tumpukan jeroan dan sampah ikan, lalu langsung meninggalkannya begitu saja untuk mati.

Dalam dunia yang dipenuhi aroma itu, Grenouille hadir tanpa bau, tanpa jejak keberadaan. Tidak ada satu pun yang bisa mencium kehadirannya. 

Namun, ironisnya, ia sendiri dikaruniai indra penciuman yang luar biasa: ia bisa membedakan ratusan ribu aroma. Memori olfaktorinya tak tertandingi, dan obsesi keharuman murninya tak terbendung.

Olfaktori adalah segala hal yang berkaitan dengan indera penciuman. Sistem olfaktori memungkinkan manusia dan hewan mendeteksi, mengenali, dan mengingat berbagai aroma atau bau di lingkungan sekitar.

Dan di balik ketidakberbauannya, Grenouille tumbuh menjadi sosok yang dingin, terisolasi, dan haus akan identitas. Ia tidak memahami cinta, tidak mengenal rasa bersalah, dan hanya mengerti satu hal: kekuatan aroma. 

Dunia telah menolaknya, dan ia pun membalas dunia dengan cara yang hanya ia pahami—melalui wewangian. 

Ketika suatu hari ia mencium aroma seorang gadis muda yang begitu murni dan menggoda, ia menemukan tujuan hidupnya. Ia ingin mengabadikan keharuman itu. Bukan untuk dipuja, bukan untuk dijual, tetapi untuk memilikinya, menjadikannya bagian dari dirinya, agar ia bisa menjadi "seseorang."

Perjalanannya membawanya dari gang-gang kumuh Paris ke pusat-pusat pembuatan parfum seperti Grasse, kota di Prancis selatan yang dikenal sebagai ibu kota parfum dunia, pusat produksi minyak esensial dan wewangian sejak abad ke-18

Di kota itu, dia belajar semua teknik ekstraksi aroma, dari distilasi hingga enfleurage -  teknik tradisional ekstraksi aroma bunga dengan menggunakan lemak untuk menyerap minyak esensial secara perlahan dan alami. Dia jadi piawai dalam membuat wewangian.

Namun, tak satu pun dari keahlian itu digunakan untuk tujuan mulia. Ia mulai membunuh gadis-gadis demi mencuri keharuman mereka, mengumpulkan esensi tubuh mereka satu per satu. 

Ia percaya bahwa dengan menggabungkan aroma dari dua puluh empat gadis muda yang tak berdosa, ia bisa menciptakan parfum yang akan membuat manusia tunduk dan cinta kepadanya.

Dan benar, ia berhasil. Parfum ciptaannya membuat orang-orang percaya bahwa ia adalah malaikat, bahkan dewa. 

Namun, di puncak kekuasaannya, Grenouille menyadari kenyataan yang paling tragis: sekalipun dunia memujanya karena aroma yang ia kenakan, ia sendiri tetap tidak bisa mencium dirinya. Ia tetap kosong. Ia tetap bukan siapa-siapa.

Dalam keputusasaan yang paling dalam, Grenouille memutuskan untuk menghancurkan dirinya. Ia kembali ke Paris, ke tempat ia dilahirkan, dan membiarkan dirinya dilalap oleh orang-orang jalanan yang terpikat oleh aroma parfumnya. Mereka tidak tahu siapa dia. Mereka hanya mencium aroma surgawi. Dan dalam sekejap, Jean-Baptiste Grenouille yang tidak pernah benar-benar hidup, menghilang tanpa bekas.

Film

Cerita ini diambil dari novel luar biasa karya Patrick S"uskind, "Perfume: The Story of a Murderer" (Penguin Books, 2006). Novel ini diangkat ke layar lebar yang disutradarai oleh Tom Tykwer, dan dibintangi oleh Ben Whishaw sebagai Jean-Baptiste Grenouille. 

Film ini adalah adaptasi langsung dari novel dan sangat setia pada narasi gelap dan atmosferik karya aslinya.

Kemudian,  diadaptasi menjadi serial televisi berjudul Perfume (judul aslinya Parfum). Serial ini merupakan produksi Jerman. Pertama kali ditayangkan di ZDFneo pada 14 November 2018, dan kemudian dirilis secara internasional di Netflix pada 21 Desember 2018. 

Meskipun bukan adaptasi langsung dari novel atau film tahun 2006, serial ini terinspirasi oleh tema dan elemen cerita dari keduanya. Serial di Netfliz bercerita tentang seorang penyanyi yang ditemukan tewas dengan kelenjar aromanya diambil, memicu penyelidikan yang mengungkap rahasia kelam dari masa lalu sekelompok teman yang terobsesi dengan penciptaan aroma manusia.

Pesannya sama. Di balik kisah kelam dan menakutkan itu tersembunyi refleksi tajam tentang pencarian identitas, kehausan akan pengakuan, dan kegilaan manusia terhadap ilusi keindahan. 

Grenouille adalah cermin ekstrem dari manusia yang tersingkir, yang menolak ditelan ketiadaan, dan yang akhirnya memilih akhir dengan cara yang hanya bisa didefinisikan oleh dirinya sendiri.

Ia mengajarkan kita bahwa bahkan kejeniusan pun bisa menjadi kutukan jika tidak disertai dengan rasa kemanusiaan. Dan bahwa keharuman paling kuat di dunia ini pun tak akan pernah mampu menutupi kekosongan hati yang tak pernah mengenal cinta. 

PenulisL Edhy Aruman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar